Rabu, 03 November 2010

Musibah Negeriku

               Innaalillaahi wa inna ilaihi ro''ji'uun............
Kita kembali terhenyak dengan datangnya bencana yang menerpa tanah air kita. Beberapa waktu ini negri kita kembali di rundung nestapa. Allah Ta’ala kembali memberikan ujian bencana berupa gunung meletus,  gempa, tsunami serta banjir di beberapa wilayah negeri ini. Bagaimanakah sikap seorang muslim dalam menghadapi berbagai musibah ini, serta apakah hikmah dibalik musibah tersebut? Adakah bangsa kita berfikir?

Foto - foto Tsunami Mentawai
                      
Gunung Merapi Jawa Tengah


            Sebagai bangsa yang cerdas tentunya introspeksi dan renungan harus senantiasa dilakukan untuk mewujudkan bangsa yang aman tentram penuh rahmat Allah Swt. Kita hendaknya mencari tahu apakah maksud dari semua ini. Tidak mungkin Allah Swt membiarkan begitu saja bangsa yang mayoritas muslim tanpa arahan dan bimbingan dari-Nya. Tidak juga Allah Swt mengesampingkan bangsa Indonesia begitu saja sedang setiap saat penduduknya melakukan sholat.

            Namun, bila kita perhatikan penduduk yang mayoritas muslim ini tidak sepenuhnya taat menjalankan Islam. Banyak sekali statement : "kita melihat Islam di luar negeri, tapi kita tidak melihat Islam di Indonesia". Ironis bukan? Di manakah nilai-nilai Islam di Indonesia? Pembunuhan dan perzinahan merajalela, ghibah/gosip dan tayangan mistis menjadi sarapan utama, korupsi menduduki peringkat ternama, narkoba bertebaran tak ada ujungnya, penipuan, pemalsuan, aliran sesat, dan perkelahian  menjadi trend sekelompok manusia. Subhanallah... lengkap sekali kerusakan kita.

            Sekali lagi Allah Swt hanya ingin pertobatan utuh, taubatan nasuha. Untuk mewujudkan negeri yang penuh rahmat, penuh barokah, negeri indah yang disebut baldatun thoyyibatun wa robbun ghofuur. Kita tidak bisa berharap sepenuhnya kepada pemerintah. mulai dari diri sendiri kemudian keluarga dan masyarakat. Marilah kita mulai memperbaiki, mulai bertaubat, mulai meminta ampun, mulai menyembah Allah swt secara murni tanpa menduakan-Nya sedikitpun, menduakan-Nya dengan kecintaan berlebih terhadap anak istri/suami. Menduakan-Nya dengan ketaatan berlebih terhadap organisasi / kelompok. Menduakan-Nya dengan ketaatan berlebih dengan nasihat guru yang tidak berlandaskan Al Qur'an dan As Sunnah Shohihah.

             Marilah kita mulai dari sekarang, dari diri kita........
Astaghfirullahal'adhiim.

Sumber foto: 
Reuters

Tidak ada komentar:

Posting Komentar