Sabtu, 30 Oktober 2010

Memaknai Sumpah Pemuda


Sumpah Pemuda merupakan bukti otentik bahwa pada tanggal 28 oktober 1928 Bangsa Indonesia dilahirkan. Momentum 28 oktober sebagai hari lahirnya bangsa Indonesia, proses kelahiran Bangsa Indonesia ini merupakan buah dari perjuangan rakyat yang selama ratusan tahun tertindas dibawah kekuasaan kaum kolonialis pada saat itu, kondisi ketertindasan inilah yang kemudia mendorong para pemuda pada saat itu untuk membulatkan tekad demi Mengangkat Harkat dan Martabat Hidup Orang Indonesia Asli, tekad inilah yang menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaannya 17 tahun kemudian yaitu pada 17 Agustus 1945. Rumusan Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada sebuah kertas ketika Mr. Sunario, sebagai utusan kepanduan tengah berpidato pada sesi terakhir kongres. Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin.

Book Week Hari Terakhir

           Wah...wah....anak-anak terlihat cantik dan ganteng. Aku tak mengenali mereka karena semua dibalut kostum beraneka rupa. eit ada Batman! Kucari tahu wajah siapa di balik topengnya itu. Ternyata si Attafahqi yang lincah itu. Putri-putri bertaburan dimana-mana, pangeran juga ada. Seru sekali!

           Hari itu anak-anak memang sangat ceria dan gembira, tapi agak narsis juga sih he...he...he...Bagaimana tidak? Gaya bicaranya lain, gaya berjalannya juga lain. Yah narsis deh!. Tapi tak apalah...namanya juga anak-anak. Kegiatan ini diharapkan mampu memberikan warna lebih dalam kegiatan Book Week tahun ini. Para siswa memiliki imajinasi tersendiri dalam busana yang dikenakannya sehingga otomatis akan mempengaruhi gaya bicara dan penjiwaan dalam diri mereka. Nah ada yang lebih dramatis lagi. Ketika aku mengamati kostum beberapa peserta, mataku tertuju pada kostum berbeda yang pastinya secara umum anak-anak tak mau memakainya. Tapi kenapa dia mau memakainya. Kostum vampir merah dengan rambut merah, lengkap dengan kesan darah yang menetes dari mulutnya serta atribut lain yang menyeramkan. Aku ingin lebih tahu siapa dia sesungguhnya. Karena dia berada di kelas 1B, kutanyakanlah kepada ibu Lia siapa dia sesungguhnya. Benar-benar beda. Ini pasti siswa laki-laki pikirku. Sambil mengamatinya, aku terkejut ketika bu Lia bilang bahwa dia itu adalah Brana yang biasanya kalem n' pemalu, tentunya siswi putri pula.Wow, aku apresiatif skali padanya sehingga sambil mencuri-curi lihat aku perhatikan gaya dan polah tingkahnya apakah menghayati atau masih pemalu. Ternyata.... dia memang memiliki penjiwaan bagus. Anak-anak dibuat takut dan lari ketika dikejar olehnya.
            Sampailah pada acara yang ditunggu-tunggu, yaitu pengumuman pemenang parade kostum. Anda sudah bisa menebak, si Brana itulah pemenangnya!

Selasa, 19 Oktober 2010

Belajar Dari Saga

Sudah 2 hari ini tenggorokanku sakit bila untuk berbicara dan mengeluarkan suara. Tenggorakanku sakit bila dibuat bicara. Tak biasanya aku mengalami hal ini. So jadi selama 2 hari itu pula suaraku lirih rih. "Kena apalagi?...." Batinku. Jadilah liburan weekend kemarin sebagai liburan paling sepi karena aku tak bersuara.

Sampailah aku di hari Senin ceria. Anak-anak sudah kuberi isyarat tangan ke arah tenggorokan yang menandakan hari itu aku tak bisa bersuara keras. Hal parah yang kubayangkan  adalah bagaimana pengendalian kelas dengan suara seperti ini. Rasanya tak mungkin lah dengan anak-anak yang super aktif  itu. Bagaimana aku bisa? Walau  partnert baikku nan cantik di kelas tentu tak mungkin  membiarkan aku seperti ini, namun tentu ada rasa tanggung jawab lebih yang kuemban.
Mulailah aku say hello ke anak-anak sholeh dan sholehahku dengan" Shobahal khoir......!". "Shobahan nuur.....!" serempak mereka jawab. Perlahan aku bicara dari hatiku yang paling dalam. Tak terasa sudah 10 menit berlalu.
Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Mengapa suasana menjadi hening ya.... Mengapa tak ada suara? Padahal biasanya baru 5 menit bicara, pasti terdengar kasak kusuk disana sini menanggapi keterangan yang aku sampaikan.Tahulah aku jawabnya bahwa mereka ternyata memiliki empati tinggi terhadap gurunya. Subhanallah...........anak-anak yang luar biasa.  Akhirnya seharian kuhabiskan waktu di kelas dengan kelirihan itu.

Menjelang sore saat di rumah aku bilang sama suami bahwa tenggorokanku masih sakit bila berbicara."Mas....., diminumin apa ya biar cepat pulih. Sudah 3 hari nih, gak enak banget tenggorakanku", tanyaku padanya. Terlihat suami membuka freezer dan langsung menyodorkan satu bungkusan padaku. "Coba minum ini dulu deh, seperti biasa direbus dulu dengan air panas", katanya.

Pagi hari Allah Swt membangunkanku dalam kondisi sehat, dan.....Subhanallah aku sudah bersuara lagi. Senangnya aku. Alhamdulillah.... gumamku.
Setelah beres-beres selesai, aku ingin sekali mencari tahu si "saga" ini. Bagaimanakah jati dirinya sehingga luar biasa hebat. Kucari literatunya. Yap ketemu deh!

Saga
(Abrus precatorius, Linn.)

Sinonim :
Abrus frutex, Rumph.

Familia : Papilonaceae

Uraian :
Saga (ABRUS PRECATORIS) termasuk jenis tumbuhan perdu dengan pokok batang berukuran kecil dan merambat pada inang membelit-beli ke arah kiri. Daunnya majemuk, berbentuk bulat telur serta berukuran kecil-kecil. Daun Saga menyerupai daun tamarindus indica dengan bersirip ganjil dan memiliki rasa agak manis (biasa disebut Saga Manis). Saga mempunyai buah polong berisi biji-biji yang berwarna merah dengan titik hitam mengkilat dan licin. Biji Saga mengandung zat racun yang disebut abrin, sehingga tidak dapat dimanfaatkan untuk pembibitan. Sedang bunganya berwarna ungu muda dengan bentuk menyerupai kupu-kupu, dalam dukungan tandan bunga. Tumbuhan ini banyak tumbuh secara liar di hutan-hutan, ladang-ladang atau sengaja dipelihara di pekarangan. Saga dapat tumbuh dengan baik pada daerah dataran rendah sampai ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut.

Nama Lokal :
Saga (Indonesia), Saga telik / manis (Jawa), Thaga (Aceh); Saga areuy, saga leutik (Sunda), Walipopo (Gorontalo); Piling-piling (Bali), Seugeu (Gayo), Ailalu pacar (Ambon); Saga buncik, Saga ketek (Minangkabau), Kaca (Bugis);

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Amandel, Radang mata, Sariawan;


Pemanfaatan :

1. Amandel
Bahan: akar Saga secukupnya, 1 potong kayu manis dan gula batu
secukupnya.
Cara Membuat: semua bahan tersebut direbus dengan 5 gelas air
sampai mendidih hingga tinggal separonya.
Cara menggunakan: disaring dan diminum 2 kali sehari 1 gelas dan
pagi, sore.

2. Radang Mata
Bahan: 1 genggam daun Saga
Cara Membuat: daun Saga digiling halus, kemudian direbus dengan
2 gelas air untuk diambil uapnya.
Cara menggunakan : uap air daun saga tersebut dipakai untuk obat
tetes mata.

3. Sariawan
Bahan: daun Saga secukupnya;
Cara Membuat: daun saga yang masih baru dipetik dijemur beberapa
menit agar agak layu.
Cara menggunakan: dikunyah-kunyah sampai halus sambil untuk

Komposisi :
Daun maupun akar tumbuhan abrus pracatorius antara lain mengandung protein, vitamin A,B1, B6, C, Kalsium Oksalat, glisirizin, flisirizinat, polygalacturomic acid dan pentosan.

I'tibar:
Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau

Senin, 18 Oktober 2010

Book Week Hari Ke-1 - 3

Kegiatan tahunan di SD Al Bayan ini diberi nama Book Week, minggu buku. Kegiatan yang bertujuan memupuk minat baca dan kecintaan mereka terhadap buku ini berlangsung selama 4 hari mulai hari Senin-Kamis, 18-21 Oktober 2010. Acara ini dibedakan menjadi 2 bagian yaitu untuk level rendah kelas 1- 3 dan untuk level tinggi kelas 4 -6. Tahun ini kami panitia mengangkat tema “Mencintai Buku Lewat Dongeng”.
Diawali dengan kegiatan donasi buku, yaitu menyumbangkan berbagai buku yang telah ditentukan  panitia. Jadi tema donasi yang disumbangkan pada setiap level mulai dari level 1 sampai dengan level 6 berbeda-beda. Dan Alhamdulillah siswa-siswi terlihat sangat antusias serta bersemangat menyerahkan donasi mereka. 

Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan membaca di pagi hari. Kegiatan ini kami namakan Morning Reading. Ditandai dengan bunyi bel sebanyak 4 kali siswa-siswi mulai membaca buku mereka sendiri maupun buku temannya. Dari membaca inilah mereka saling bercerita dan tukar informasi tentang isi buku. Ada yang kami tunjuk maju ke depan kelas untuk bercerita. Namun tidak semua mendapat giliran karena waktu untuk kegiatan ini telah habis.
Suasana Morning Reading
Seiring dengan teriknya mentari, kegiatan berlanjut pada Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Yach....kegiatan ini tidak boleh ditinggalkan walau terdapat beberapa acara eksplorasi siswa. Untuk kelasku sendiri hari ini ada pelajaran Tahsin/Tahfidz, Bahasa Indonesia, TIK serta PKn.

Menjelang siang pukul 10.30 WIB anak- anak telah siap dengan teks puisi mereka. Wow....aku hampir lupa. Pada jam ini khan mereka ada lomba puisi. Mekanisme lombanya adalah setiap kelas mengirimkan 5 utusan. Karena pada setiap level ada 3 kelas, maka jumlah peserta untuk level rendah sebanyak 45 siswa dan level tinggi juga 45 siswa. Dari masing-masing level akan kami ambil juara 1, 2, dan 3. Wah....persaingan yang cukup ketat saya rasa. Dari kegiatan ini kami mengajarkan sportifitas selain keberanian tentunya. 

I'tibar:
“Segala hal memerlukan perjuangan dan kreatifitas tinggi”

Minggu, 17 Oktober 2010

Renungan Untuk Pendidik

Sebuah artikel yang sangat bagus untuk para pendidik yang saya dapatkan dari milis lain


Encouragement
Oleh: Rhenald Kasali *


LIMA belas tahun lalu saya pernah mengajukan protes pada guru sebuah sekolah tempat anak saya belajar di Amerika Serikat.

Masalahnya, karangan berbahasa Inggris yang ditulis anak saya seadanya itu telah diberi nilai E (excellence) yang artinya sempurna, hebat, bagus sekali. Padahal dia baru saja tiba di Amerika dan baru mulai belajar bahasa. Karangan yang dia tulis sehari sebelumnya itu pernah ditunjukkan kepada saya dan saya mencemaskan kemampuan verbalnya yang terbatas. Menurut saya tulisan itu buruk, logikanya sangat sederhana.

Saya memintanya memperbaiki kembali,sampai dia menyerah.Rupanya karangan itulah yang diserahkan anak saya kepada gurunya dan bukan diberi nilai buruk, malah dipuji. Ada apa? Apa tidak salah memberi nilai? Bukankah pendidikan memerlukan kesungguhan? Kalau begini saja sudah diberi nilai tinggi, saya khawatir anak saya cepat puas diri. Sewaktu saya protes, ibu guru yang menerima saya hanya bertanya singkat. “Maaf Bapak dari mana?� “Dari Indonesia,� jawab saya. Dia pun tersenyum.

Budaya Menghukum

Pertemuan itu merupakan sebuah titik balik yang penting bagi hidup saya. Itulah saat yang mengubah cara saya dalam mendidik dan membangun masyarakat. “Saya mengerti,� jawab ibu guru yang wajahnya mulai berkerut, namun tetap simpatik itu.
“Beberapa kali saya bertemu ayah-ibu dari Indonesia yang anakanaknya dididik di sini,� lanjutnya. “Di negeri Anda, guru sangat sulit memberi nilai. Filosofi kami mendidik di sini bukan untuk menghukum, melainkan untuk merangsang orang agar maju. Encouragement!� Dia pun melanjutkan argumentasinya.

“Saya sudah 20 tahun mengajar. Setiap anak berbedabeda. Namun untuk anak sebesar itu, baru tiba dari negara yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris, saya dapat menjamin, ini adalah karya yang hebat,� ujarnya menunjuk karangan berbahasa Inggris yang dibuat anak saya.

Dari diskusi itu saya mendapat pelajaran berharga. Kita tidak dapat mengukur prestasi orang lain menurut ukuran kita.Saya teringat betapa mudahnya saya menyelesaikan study saya yang bergelimang nilai “A�, dari program master hingga doktor. Sementara di Indonesia, saya harus menyelesaikan studi jungkir balik ditengarai ancaman drop out dan para penguji yang siap menerkam. Saat ujian program doktor saya pun dapat melewatinya dengan mudah.

Pertanyaan mereka memang sangat serius dan membuat saya harus benar-benar siap. Namun suasana ujian dibuat sangat bersahabat. Seorang penguji bertanya dan penguji yang lain tidak ikut menekan, melainkan ikut membantu memberikan jalan begitu mereka tahu jawabannya.

Mereka menunjukkan grafikgrafik yang saya buat dan menerangkan seterang-terangnya sehingga kami makin mengerti. Ujian penuh puja-puji, menanyakan ihwal masa depan dan mendiskusikan kekurangan penuh keterbukaan. Pada saat kembali ke Tanah Air, banyak hal sebaliknya sering saya saksikan. Para pengajar bukan saling menolong, malah ikut “menelan� mahasiswanya yang duduk di bangku ujian.

Ketika seseorang penguji atau promotor membela atau meluruskan pertanyaan, penguji marah-marah, tersinggung, dan menyebarkan berita tidak sedap seakanakan kebaikan itu ada udang di balik batunya. Saya sempat mengalami frustrasi yang luar biasa menyaksikan bagaimana para dosen menguji, yang maaf, menurut hemat saya sangat tidak manusiawi. Mereka bukan melakukan encouragement, melainkan discouragement. Hasilnya pun bisa diduga, kelulusan rendah dan yang diluluskan pun kualitasnya tidak hebat-hebat betul. Orang yang tertekan ternyata belakangan saya temukan juga menguji dengan cara menekan.

Ada semacam balas dendam dan kecurigaan. Saya ingat betul bagaimana guru-guru di Amerika memajukan anak didiknya. Saya berpikir pantaslah anak-anak di sana mampu menjadi penulis karya-karya ilmiah yang hebat, bahkan penerima Hadiah Nobel. Bukan karena mereka punya guru yang pintar secara akademis, melainkan karakternya sangat kuat: karakter yang membangun, bukan merusak. Kembali ke pengalaman anak saya di atas, ibu guru mengingatkan saya.

“Janganlah kita mengukur kualitas anak-anak kita dengan kemampuan kita yang sudah jauh di depan,� ujarnya dengan penuh kesungguhan. Saya juga teringat dengan rapor anak-anak di Amerika yang ditulis dalam bentuk verbal.

Anak-anak Indonesia yang baru tiba umumnya mengalami kesulitan, namun rapornya tidak diberi nilai merah, melainkan diberi kalimat yang mendorongnya untuk bekerja lebih keras, seperti berikut. “Sarah telah memulainya dengan berat, dia mencobanya dengan sungguh-sungguh. Namun Sarah telah menunjukkan kemajuan yang berarti.

Malam itu saya mendatangi anak saya yang tengah tertidur dan mengecup keningnya. Saya ingin memeluknya di tengah-tengah rasa salah telah memberi penilaian yang tidak objektif. Dia pernah protes saat menerima nilai E yang berarti excellent (sempurna), tetapi saya mengatakan “gurunya salah�. Kini saya melihatnya dengan kacamata yang berbeda.

Melahirkan Kehebatan

Bisakah kita mencetak orangorang hebat dengan cara menciptakan hambatan dan rasa takut? Bukan tidak mustahil kita adalah generasi yang dibentuk oleh sejuta ancaman: gesper, rotan pemukul, tangan bercincin batu akik, kapur, dan penghapus yang dilontarkan dengan keras oleh guru,sundutan rokok, dan seterusnya. Kita dibesarkan dengan seribu satu kata-kata ancaman: Awas...; Kalau,...; Nanti,...; dan tentu saja tulisan berwarna merah menyala di atas kertas ujian dan rapor di sekolah.

Sekolah yang membuat kita tidak nyaman mungkin telah membuat kita menjadi lebih disiplin. Namun di lain pihak dia juga bisa mematikan inisiatif dan mengendurkan semangat. Temuan-temuan baru dalam ilmu otak ternyata menunjukkan otak manusia tidak statis, melainkan dapat mengerucut (mengecil) atau sebaliknya,dapat tumbuh.Semua itu sangat tergantung dari ancaman atau dukungan (dorongan) yang didapat dari orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian kecerdasan manusia dapat tumbuh, sebaliknya dapat menurun. Seperti yang sering saya katakan, ada orang pintar dan ada orang yang kurang pintar atau bodoh.

Tetapi juga ada orang yang tambah pintar dan ada orang yang tambah bodoh. Mari kita renungkan dan mulailah mendorong kemajuan, bukan menaburkan ancaman atau ketakutan. Bantulah orang lain untuk maju, bukan dengan menghina atau memberi ancaman yang menakut-nakuti. (*)

*) Rhenald Kasali, Ketua Program MM UI

Tholabul 'Ilmi Hari Ini

Alhamdulillah, hari ini aku bisa mengikuti kembali  kajian  di radio rodja, sebuah radio  penegak sunnah. Sebuah sarana tholabul 'ilmi yang luar biasa sekali. Saya menyebut demikian bukan tanpa dasar. Di tengah gelombang fitnah syubhat agama yang merajalela, radio ini consist  dengan dakwah Tauhidnya yang terus mendakwahkan kemurnian Dienul Islam tanpa kesyirikan sekecil apapun. Saya sendiri heran bagaimana dengan biaya operasional radio yang tentunya tidak kecil karena disini tidak ada iklan. Betul-betul bersih dari iklan. Radio ini murni berisikan tilawah Qur'an dan kajian dari ilmuwan-ilmuwan yang qualified di bidangnya.
Di tengah keheranan saya, Subhanallah Alloh SWT memberikan lintasan di fikiran saya bahwa segala hal tidak dapat diukur hanya dari sisi materi. Aku teringat firman Allah dalam surat Muhammad (47): 7

7. Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.

Kembali ke materi hari ini, judulnya Peringatan Terhadap Tipu Muslihat Iblis. Wah kelihatannya serem yah......Tapi sebagai seorang mukmin kita wajib lho mengenal apa saja tipu muslihatnya syaithan dan bala tentaranya sehingga  kita bisa hidup dengan hati-hati. Kajian yang diambil dari buku Talbis Iblis tulisan Imam Ibnul Jauzi ini entah sudah episode yang keberapa aku lupa. So langsung saja ya aku tulis disini agar bisa bermanfaat untuk semua.
Imam Ibnul Jauzi berkata:"Ketahuilah bahwa ketika Alloh SWT menciptakan manusia maka ada 2 materi di dalamnya yaitu Syahwat dan akal. Dan Alloh SWT menciptakan kedua materi itu tentunya terdapat manfaat yang begitu besar"
Sebagai contoh syahwat dipergunakan untuk:
- Untuk memiliki keturunan
- Untuk mencari ma'isyah/penghidupan dunia
- Adanya marah untuk membela harga diri
Sedangkan akal berguna untuk menyeimbangkan syahwat, hawa serta kemarahan tersebut. Sehingga kewajiban seorang mukmin yang diberi akal adalah waspada dari godaan syaithan. Dalam hal ini Alloh SWT memperingatkan di dalam al Qur'an diantaranya:
1. Surat Al Baqoroh ayat 168-169
  
168. Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.
169. Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.

2. Syaithan menakut-nakuti manusia dengan kemiskinan sehingga manusia cenderung kikir
    Di dalam surat Al Baqoroh (2)  ayat 268, Alloh SWT telah menjelaskan:
    268. Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir);   sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia[170]. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.

3. Menimbulkan atau menyebarkan bibit-bibit permusuhan di hati sesama muslim sehingga timbul rasa benci atau  dengki serta mencari-cari kesalahan di antara sesama muslim. Alloh SWT menjelaskan di dalam surat Al Maidah (5) ayat 91:

91. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).

4. Menimbulkan rasa sombong atau merasa lebih baik dari manusia lainnya.
Sifat ini sangat mirip dengan sifat syaithan/Iblis yang tidak mau sujud kepada nabi Adam karena dia merasa lebih tinggi karena diciptakan dari api, sedangkan nabi Adam diciptakan dari tanah

5. Terkadang syaithan menjelma sebagai orang yang memberi nasihat padahal muatan nasihatnya adalah pemutarbalikan fakta dan racun yang siap membinasakan. Hal ini terjadi ketika Iblis menggoda nabi Adam agar memakan buah khuldi dan menerangkan alasannya mengapa Alloh SWT melarang nabi Adam memakannya yaitu supaya tidak kekal di surga. Iblis berkata bahwa dia hanya ingin memberi nasihat kepada nabi Adam 

6. Menimbulkan rasa enggan untuk bersyukur

Imam Ibnul Qoyyim  mengatakan kembali: "Karena syaithan itu menongkrongi hati manusia, maka hendaknya manusia:
a. melindungi hati dengan dzikrullah
b. Memberi makan hati dengan ilmu

 I'tibar:
"jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu"

First Postingan Lagi.....

Hari Minggu ini tidak ada kegiatan berarti di rumah. Eeeh siapa bilang tidak berarti. Kan berkumpul sama keluarga sangat berarti. Terutama sama yayang tercintaku tuh si Faiq seorang. Iya, Allah SWTmasih memberikan karunia-Nya padaku seorang putra, semata wayang. So, kugunakan hari ini untuk bercengkerama dan bercanda canda, tertawa - tawa. Sambil terus kulafadzkan doa semoga Allah SWT menjadikannya anak yang sholeh. Aamiin....

Sambil berinternet ria, kubilang padanya: "Faiq, bikin blog baru yuuk... Bunda sudah lama tidak menulis" Alhamdulillah dia menyambut ajakanku dengan suka hati sambil kasih comment  tulisan-tulisan orang lain yang sudah bagus seperti tulisan Om Jay-Wijaya Kusumah, inspiratorku. Subhanallah.... beliau ini seorang yang consist dengan menulis. Memang benar, segala sesuatu harus diawali dengan tekad kuat dan istiqomah. Apalagi mengalahkan si "rasa malas" yang sangat merusak itu.

Anakku sebenarnya sudah mulai menulis beberapa bulan yang lalu dan telah memposting beberapa tulisan. Namun aku kurang setuju dengan tema - tema yang ia tulis. Tapi aku mengambil hikmahnya saja sebagai lahan praktek menulis. Tak apa-apa lah.... Dengan sabar dan berkali-kali aku sampaikan reason-ku kenapa tidak setuju dengan tema tulisannya, alhasil dia mau menghapus semua postingannya itu dan mulai dari awal lagi.
Alhamdulillah berhasil

I'tibar:
"Kesabaran, pangkal dari apapun"