Jumat, 19 November 2010

Mendidik Dengan Hati

Guru sebagai orangtua di sekolah memiliki peran yang sangat besar dalam pembentukan karakter siswa. Tidak hanya ditentukan oleh kemahirannya dalam mengajar. Namun lebih kepada bagaimana ia mendidik para siswanya. Sehingga guru yang baik adalah seorang yang mampu mengajar sekaligus mampu mendidik para siswanya. Dengan kemampuannya untuk mengajar dan mendidik secara baik, akan dihasilkan anak-anak yang tidak hanya pandai secara intelektual, namun juga secara akhlak dan keimanan. Sehinggaa  pada akhirnya akan menghasilkan generasi penerus yang arif dan bijaksana.

Sebagaimana difahami bersama mengajar hanya terbatas pada pemberian materi atau bahan ajar. Tugasnya hanya bersifat searah. Siswa bisa faham, mengerti materi, dan terakhir dapat nilai. Selesai.  Mengajar lebih mengarah kepada bagaimana membangun kecerdasan pikiran manusia; membangun manusia-manusia yang pandai secara intelektual. 

Namun, mendidik memiliki makna dan tanggung jawab yang amat luas. Bukan hanya tanggung jawab yang bersifat dunia yaitu di hadapan orangtua dan pimpinan unit, namun  tanggung jawab  akhirat-lah  tanggung jawab sebenarnya di hadapan Sang Khalik. Kegiatan mendidik  menekankan kepada proses bagaimana menyadarkan peserta didik agar dapat mengubah dirinya menjadi manusia seutuhnya, baik secara intelektual, spiritual, moral dan sosial. Penyadaran itu tidak bisa dilakukan melalui pengajaran saja, tetapi terutama lewat pendidikan di mana prinsip keteladanan dari sang guru diberlakukan. Guru merupakan figur dan uswah (contoh) bagi peserta didik. Ia adalah contoh sehari-hari yang senantiasa dilihat dan dicermati oleh peserta didik. Bagaimana ia bertutur, bagaimana ia bersikap, dan bagaimana ia melakukan apapun. Semua terpatri di benak dan space memori-nya yang sangat mudah untuk diputar ulang.

Bicara tentang teladan sebagai pendidik, Alloh 'Azza Wa Jall menerangkan dengan jelas siapakah tokoh yang patut kita contoh. Semuanya bisa  kita dapatkan di dalam al Qur'an:

* Surat An Nahl (16) : 120             

   120. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada   Allah dan hanif Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan), 

* Surat Al Ahzaab (33) : 21           
  21. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. 

*  Surat Luqman (31) : 12-13                                  
   12. Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman  yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya Lagi Maha Terpuji "                 
 13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

        Subhanallah........
        Teladan agung itu rupanya Nabi Ibrahim As, Nabi Muhammad SAW, dan Luqman. Sebagai pendidik, dari sanalah kita seharusnya belajar, merenungkan perjalanannya, dan mencermati cara-cara pendidikannya.

        Salah satu kisah agung adalah ketika salah seorang shahabiyah membawa putranya ke hadapan Rasulullah SAW supaya di doakan dimohonkan berkah dan di beri nama. Anak-anak tersebut di pangku oleh beliau. Tiba-tiba anak itu kencing, lalu orang-orang yang melihatnya berteriak. Beliau berkata, “jangan di putuskan anak yang sedang kencing, biarkanlah dia sampai selesai dahulu kencingnya.”Beliau pun berdoa dan memberi nama, kemudian membisiki orang tuanya supaya jangan mempunyai perasaan bahwa beliau tidak senang terkena air kencing anaknya. Ketika mereka telah pergi, beliau mencuci sendiri pakaian yang terkena kencing tadi"
         
        Dari kisah ini kita mendapatkan pelajaran bahwa mendidik harus pelan, tidak tergesa-gesa dan berproses. Walau anak didik kita membuat kesalahan dan kekeliruan, namun peran seorang pendidik  haruslah lapang dada dan berbesar jiwa dalam menolong siswanya, terutama bagi yang bermasalah sangat diharapkan. Pengabdian yang tanpa pamrih serta sikap empati seorang guru sangat berarti bagi mereka. Berempati adalah sikap peduli kepada orang lain secara nyata, baik dalam kata maupun tindakan. Guru yang berempati adalah sosok yang murah senyum, ramah, lembut tetapi tegas. Ia tidak akan mudah marah kepada siswa yang membuat ulah. Ia akan mencari tahu mengapa siswa itu begitu; solusi apa yang tepat untuk memecahkan masalah itu.
         Guru adalah pahlawan
        Pahlawan tanpa pamrih
        Pahlawan sesungguhnya
        Oleh karena itu wahai para guru,
        Bebaskanlah siswamu dari belenggu
        Belenggu kebodohan 
        Belenggu  keterbelakangan
        Bebaskanlah siswamu dari pasungan 
        Pasungan Rendah Diri
        Pasungan Amarah dan Dengki
        Bukalah hatimu........

        Tidak ada komentar:

        Posting Komentar